PERDEBATAN AKHIR TAHUN

Rasanya menulis dengan topik sensitif seperti ini belum pantas bagi saya, hanya dengan jalan ini saya bisa bersuara dan melampiaskan kejengahan yang tiap tahun menjadi topik perdebatan. Tulisan ini hanya semata-mata untuk melampiaskan isi pikiran saya.

Perdebatan dengan topik yang sama, Desember di tanggal 25. Halal haramnya mengucapkan "Selamat Natal" bagi umat Nasrani. Ada yang menghalalkan ada pula yang mengharamkan, dalil yang menguatkan pendapat mereka masing-masing pun ada. Menjadi tradisi tiap tahunnya perdebatan ini, semua kalangan ikut ambil bagian seperti sudah menjadi kebiasaan yang sayang bila dilewatkan.

Sepertinya ucapan Selamat Natal bukan lagi merupakan suatu rasa solidaritas, rasa suka cita bersama, membagi kebahagian dan kepedulian kepada sesama, melainkan sebagai sesuatu yang bisa meracuni hidup dan kehidupan, serta iman; oleh sebab itu harus dihindari dan dilarang. Itu yang mungkin terpikirkan dari orang-orang yang mengharamkan ucapan ini.

Toleransi, apa salahnya kita mengucapkan natal kepada teman atau tetangga sekedar untuk menghormati mereka. Hal terpenting didalam kehidupan beragama adalah toleransi. Toleransi harus selalu dijaga, jika kita menghormati orang lain in sha Allah orang lain pun akan menghormati kita. Bukan hanya dalam beragama tapi juga dalam bermsayarakat, berbangsa dan bernegara, toleransi antar sesama harus diutamakan.
Dan lagi pun, pengucapan Selamat Natal ini tidak bisa dijadikan tolak ukur seorang muslim sudah meyakini, mengimani Jesus sebagai Tuhan.

Lebih daripada itu, umat Kristiani tak berharap, meminta, menuntut ucapan Selamat Natal dari Siapapun. Memberi – mengucapkan Selamat Natal tersebut, merupakan panggilan nurani dan suara hati. Boleh dan tidak bolehnya –  ya  ataupun tidaknya, tergantung input yang masuk ke/dalam nurani masing-masing orang.
“Agama adalah akhlak. agama adalah perilaku. agama adalah sikap. Semua agama tentu mengajarkan kesantunan, belas kasih dan cinta kasih sesama. Bila kita cuma puasa, sholat, baca al-qur’an, pergi kebaktian, misa, datang ke pura, menurut saya kita belum layak disebut orang yang beragama. Tetapi, bila saat bersamaan kita tidak mencuri uang negara, menyantuni fakir miskin, memberi makan anak-anak terlantar, hidup bersih, maka itulah orang beragama” - Ehma Ainun Nadjib
Selamat Natal bagi Saudaraku yang merayakan.

Photo Editor ( Android Only )

"Kak, ini pake photoshop ya editnya?" atau "Kak, editnya pake aplikasi kak?" Pertanyaan seperti ini sangat biasanya muncul di kolom komentar akun instagram saya @the_afree. Entry kali ini mengulas sekilas beberapa aplikasi yang biasa saya gunakan untuk mengedit photo di smartphone berbasis android. Diluar karena kurang mahirnya menggunakan photoshop, menggunakan editor di platform android ini cukup mudah dengan hasil yang tidak mengecewakan.

Melihat perkembangan aplikasi saat ini, semua bisa dilakukan via smartphone. Pekerjaan, hobby atau apapun itu bisa dihandle via smartphone. Begitu halnya dengan photography, device saat ini semua produsen  sudah menanamkan kamera yang boleh dikata mumpuni untuk photography. 

Berikut ulasan aplikasi yang biasa saya gunakan untuk editor photo via smartphone berbasis android.
  • Snapseed. Yang suka dengan mobile photography tentunya sudah familiar dengan aplikasi ini, baik yang berbasis android ataupun IoS. Pada awalnya, tahun 2011 tepatnya, Snapseed hanya tersedia untuk tablet/smartphone berbasis ios (iPhone/iPad) dan dijual dengan harga sekitar 5 dolar. App ini dinobatkan sebagai salah satu app terbaik di iPad. Namun awal tahun 2012 lalu Google membeli perusahaan yang membuat snapseed, Nik Software. Hasilnya adalah, secara resmi snapseed app juga tersedia di Android dan bisa didownload secara gratis, baik untuk Android (Google Play) maupun IOS (iTunes Store). Google membeli Snapseed dengan harapan bisa menggoyang dominasi instagram (yang dimiliki oleh facebook) di dunia mobile photography. Untuk itu, google melengkapi snapseed dengan fitur sharing foto ke google+ yang terintegrasi dan juga bagi pemilik IOS, snapseed akan dilengkapi dengan filter tambahan. Untuk menggunakan app ini terbilang cukup mudah.

  • Photo Editor by dev.macgyver. Aplikasi ini bisa saya bilang lebih mumpuni dari aplikasi snapseed, fitur yang dimiliki aplikasi ini jauh lebih lengkap dari snapseed. Diluar fitur-fitur untuk editing, aplikasi ini juga bisa menayangkan exif dari file photo.


  • VSCO Cam. Selain akun instagram @the_afree yang saya khususkan untuk photo hitam putih, ada akun instagram lain @afrimannawi yang saya khususkan untuk photo yang saya ambil dengan kamera smartphone dan editing dengan menggunakan filter yang disediakan aplikasi ini. Aplikasi VSCO Cam ini hadir di Android setelah membuat debut nya yang luar biasa pada operating sistem iOS yang menuai kesuksesan yang besar.


    Aplikasi ini memang terlihat benar-benar menakjubkan, dengan tampilan menu yang cantik dan editing tools yang enak, bahkan fitur di in-App Purchase nya pun sangat menarik untuk di coba.

    Kamu dapat mendownload aplikasi diatas di playstore secara gratis, selamat mencoba.

Screen Capture, Baik Buruknya

"Postingannya lucu nih, screen capture ah". Begitulah kira-kira yang ada dikepala kita masing-masing saat melihat postingan yang menarik. Tak hanya status, percakapan di aplikasi messenger pun kadang di screen capture, kemudian di unggah ke media sosial. Yang awalnya hanya dua orang yang tahu percakapan tersebut kemudian menyebar ke berbagai sosial media. Begitupun postingan atau bisa disebut status seseorang yang harusnya hanya sang "teman" yang tahu kemudian menyebar dengan jalan screen captured ini. Untung baik bila yang di screen captured itu lucu dalam artian sebenarnya, namun apa yang terjadi jika yang di screen captured tersebut yang kemudian menyebar luas berisi umpatan yang tak senonoh. 

Buruknya teknologi yang di ciptakan manusia ini tentu dibarengi dengan sisi baiknya, bisa disebut sisi positifnya. Mempermudah proses penyebaran informasi melalui file berformat .jpg.

Berkaca pada peristiwa yang baru saja terjadi yang menimpa Florence Sihombing, yang cukup menyita perhatian karena umpatannya di social media ( path ) yang menyebar lewat screen captured, entah siapa yang menyebarnya. Kemudian kasus Dinda yang mengecam ibu hamil yang juga menyebar lewat screen captured ini.

Alangkah bijak bila hal positif yang telah ditemukan ini tidak dijadikan sesuatu hal yang yang dapat membawa dampak positif. Berfikirlah sebelum menyebar hasil screen captured.

28 Agustus 2012, Stop Ngoprol !!!


Agustus, bulan kemerdekaan Republik Indonesia, tidak demikian dengan Koprollers. Tepat pada tanggal 28 Agustus 2012 Yahoo! menutup layanan berbasis geososial ini. Betapa tidak koprollers merasa kehilangan layanan buatan anak negeri ini. Alasan ditutupnya layanan ini dikarenakan revenue atau pendapatan yang diperoleh dari Koprol.com tidak begitu berarti untuk Yahoo!.

Akuisisi yang dilakukan oleh Yahoo! pada tanggal 25 Mei 2010 membawa pengaruh positif untuk pertumbuhan Yahoo! Koprol, dari sisi pengguna menjadi bertambah yang di sokong dengan publikasi yang dilakukan Yahoo! di berbagai media. Tahun 2010, jumlah pengguna Koprol hanya 75.000, setelah akuisi, pengguna Yahoo! Koprol meningkat menjadi 1,5 juta. Sepertinya hal ini tidak diimbangi dengan pendapatan yang didapatkan Yahoo! yang membawa dampak negatif yang kemudian berujung pada penutupan layanan Yahoo! Koprol.

Menanti New Koprol atau koprollers biasa menyebutnya dengan Koprol Reborn masih menjadi harapan yang selalu didengung-dengungkan. Dikutip dari Dailysocial.net "Seperti yang diumumkan pada bulan Juni, layanan Koprol ditutup dan para founder Koprol kini telah memiliki kembali nama dan hak kekayaan intelektual yang berkaitan dengan Koprol. Walaupun para pendiri Koprol bebas untuk menggunakan kembali nama Koprol selama tidak melanggar hukum, mereka belum memutuskan apa yang akan dibangun dengan nama Koprol, hanya saja mereka ingin tetap membawa semangat yang ada di layanan ini dengan apapun yang akan mereka kembangkan nanti." Hal ini tentu tidak semudah membalik telapak tangan, mengingat yang dikembalikan oleh Yahoo! ke founder ( Daniel Armanto, Fajar Budiprasetyo dan Satya Witoelar ) hanya nama "koprol" dan nama domainnya, tidak begitu halnya dengan kode program dan database yang tetap dalam penguasaan Yahoo!.

Harapan satu-satunya saat ini ada pada Barito Labs yang memegang hak sepenuhnya atas nama "Koprol".

MINDTALK


Juni 2012 saya menjadi user Mindtalk.com, bukan sebagai user aktif, sekedar sign up kemudian ditinggalkan begitu saja. saat itu mindtalk ini belum begitu terdengar gaungnya sebagai social media yang menarik, selain itu bisa dibilang belum ada teman yang menggunakan socmed ini.
Mindtalk ini besutan dari Merah Putih Incubator ( MPI ) yang juga menaungi Daylisocial.net dan lintasberita.com. dan berkantor di Jogjakarta. Dikembangkan pada awal tahun 2011 dan resmi diluncurkan pada 14 November 2012.

Awalnya MindTalk adalah proyek pribadi dari Robin Ma’rufi dan konsepnya sebenarnya simpel, bagaimana menghadirkan MIRC dalam versi website. Sebelum berubah menjadi MindTalk, jejaring sosial ini bernama Digaku. Pada perkembangannya, Digaku mengalami penambahan fitur-fitur baru: profil yang lebih detail, points, upload video, like, dst. hingga menjadi seperti saat ini dan menggunakan nama MindTalk.com Dari ide dan konsep tersebut, Robin kemudian mendirikannya bersama Danny Oei Wirianto, salah satu pemegang saham Kaskus.co.id. Jejaring sosial ini menggunakan istilah asing, karena sejak awal ditargetkan untuk masuk pasar global. Media sosial ini berangkat dari fakta bahwa orang Indonesia gemar berkomunitas dan membentuk forum. Sayangnya, dalam forum anggota biasanya tidak bisa membentuk sendiri subforum karena otoritas tersebut dipegang oleh administrator. Selain itu menurut Danny, bentuk forum yang didominasi dengan teks terasa membosankan. Awal kemunculannya, MindTalk.com hanya menggunakan versi beta, dan hanya bisa diakses menggunakan personal computer (PC).(sumber wikipedia)

Berbeda pada awal rilisnya, tampilan halaman muka disuguhi dengan ikon "otak", saat ini ikon tersebut sudah tidak ada lagi, namun masih digunakan sebagai logo social media ini. Di halaman muka terdapat tombol home, channel, login dan sign up. Sebelum login, pengguna sudah bisa melihat konten  latest post, active posts dan channel's pick yang disediakan di channels tersebut. Channel's yang disediakan pun lumayan banyak, pengguna bisa memilih sesuai dengan interest masing-masing pengguna.
Saat login, pengguna akan disuguhi dengan konten-konten channel yang telah dipilih saat pengguna signing up. Lain dengan social media yang selama ini saya gunakan yang menyatukan semua notifikasi yang masuk, baik itu permintaan pertemanan atau notifikasi saat ada user lain yang mengomentari postingan Anda, di mindtalk ini di buat terpisah, saat ada yang mengomentari conversation yang ada ikuti akan muncul notifikasi di tombol dialogue, namun begitu ada yang mensupport Anda akan muncul notifikasi tombol yang berbentuk lonceng. Istilah follow dan memfollow disini disebut support dan memsupport, unik juga.
Di bagian kolom home, terselip popular channels, di twitter disebutnya trending topik, begitulah kira-kira bisa disebutnya. Ada juga satu bagian tampilan antarmuka yang membedakan dengan social media yang lain, yaitu tampilannya bisa diset sesuka hati penggunanya, apakah berbentuk grid atau list.


Arsitektur Pengguna
  • Kata channel biasa digunakan dalam IRC, dan ini juga digunakan dalam MindTalk.
  • Dalam MindTalk, channel diibaratkan seperti rumah yang dihuni oleh orang-orang dari berbagai asal.
  • Dalam forum, ini seperti halnya sub-forum.
  • Dalam channel juga terdapat beberapa atribut seperti : Founder, user dan posting.
  • User dapat membuat channel seperti yang biasa dilakukan pada IRC.
Streams

Streams adalah postingan user yang terus berjalan. Postingan di bagi dalam empat tipe, yaitu : Latest, Pic, Video, Articles (untuk membuat artikel), Ask (bertanya) dan Deal.
  • Latest : Tempat ini digunakan untuk mengupdate status seperti pada social media umumnya.
  • Pic : Tempat ini digunakan untuk mengupload poto.
  • Video : Tempat ini digunakan untuk sharing video, di bagian ini video yang diupload tidak langsung dari drive komputer pengguna namun harus berupa url.
  • Articles : Digunakan untuk membuat artikel yang dibatasi hingga 20000 karakter. User juga dapat memberikan keyword.
  • Ask : Tempat untuk bertanya, dan bisa juga dijawab oleh user lainnya, dan setiap jawaban bermutu akan mendapatkan ranking.
  • Deal : Digunakan untuk membuat penawaran bisnis.
Fitur yang disediakanpun tak kalah dengan social media yang lain, menurut saya mumpunilah. Untuk channel yang telah tercreate bisa ditambahkan logo sesaui dengan channel interest. Bagian yang menarik dan yang paling saya suka saat merespon atau mengomentari postingan tersedia pilihan emoticon yang lumayan membantu mengekspresikan komentar pengguna. Saat mengkreate postingan pengguna dapat membagikannya ke facebook ataupun twitter masing-masing pengguna. 

Virtual Communication


Porter mendefinisikan virtual community (komunitas virtual) sebagai sekumpulan individu atau rekan bisnis yang berinteraksi seputar minat yang sama, di mana interaksi ini didukung dan dimediasi oleh teknologi dan diatur oleh beberapa moderator ataupun aturan tertentu. McQuail mengutip Lindlof dan Schatzer (1998) mengatakan bahwa virtual community terbentuk karena adanya orang yang memiliki kesamaan minat dan sering berinteraksi satu sama lain. Virtual community ini dapat terbentuk dari berbagai media sosial dan jejaring sosial misalnya, Facebook.
( wikipedia )

PC, Laptop, Handphone, dan gadget-gadget lain yang mendukung sangat berperan banyak dalam berkembangnya komunikasi virtual ini. Istilah saya ini mungkin salah menurut anda, tapi menurut saya inilah istilah yang tepat untuk menggambarkan situasi yang ada sekarang ini.
Komunikasi dua arah secara verbal sedikit demi sedikit tergusur, orang-orang lebih cenderung menggunakan internet untuk berkomunikasi, komunikasi non verbal pun menjadi marak. Saya menyebutnya sebagai komunikasi virtual dan tidak sebagai komunikasi non verbal karena, disini komunikasi virtual ini lebih kepada penggunaan media social dan jejaring social di internet.
Pergaulan pun tak semonoton dulu yang harus keluar rumah untuk bergaul atau sekedar bertemu teman, sekarang ada Email, Skype, BBM, WhatsApp, dan bermacam-macam jejaring social, yang memungkinkan kita bisa berkomunikasi dengan teman-teman kita diluar sana. Titik beratnya ke jejaring social atau media social.
Hari seperti sekarang ini siapa coba yang belum punya akun social media atau jejaring social, mungkin Cuma sepersekian persen manusia di muka bumi yang belum punya. Dari kota sampai desa semua kecanduan.

Orang-orang sekarang lebih senang bercerita tentang keseharian mereka, kesedihan, apapun yang mereka alami, sampai-sampai berdoa pun mereka lakukan di media social atau jejaring social. Aneh, memang aneh, tapi itulah trend yang sedang berkembang sekarang ini.
Untuk tahu, sedang apa teman kita, apa yang mereka alami dan rasakan, cukup klik ID profile mereka, dan kita pun dapat melihat status mereka, simplenya perteman di internet.
Orang-orang lebih senang mengomentari status, memberi komentar dari status yang di tulis teman-teman mereka di jejaring social daripada berkomunikasi secara langsung dan memberi tanggapan kepada apa yang sedang teman mereka rasakan.

Hasil komunikasi ini kemudian terbangun, terbagi-bagi menurut kesamaan minat yang kemudian menjadi lahan untuk tumbuhnya beberapa komunitas.

WANITA DAN ROKOK

Melihat pria merokok itu sudah biasa, bapak saya perokok berat, abang saya pun demikian. Sebelum memasuki bangku kuliah, saya tidak pernah melihat seorang wanita merokok, mungkin karena masa sekolah saya tidak di kota yang semua serba bisa dilakukan, mau itu sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan. Saat menginjakkan kaki ke bangku kuliah, dan memulai hidup sendiri di kota Makassar ini hal yang demikian tabu dimata saya kemudian menjadi biasa saja. Betapa tidak, di tempat saya ngekost ada beberapa kamar yang isinya wanita perokok, tentu mereka saat itu masih berstatus sebagai mahasiswa laiknya saya. Mereka ini tentunya tidak merokok di teras kamar mereka atau di beranda kosan, yang mereka lakukan masih dalam tahap sembunyi-sembunyi.

Lalu kemudian apakah paradigma saya ke mereka ini menjadi negatif, tidak semudah itu membuat paradigma terhadap orang lain. Pernah saya bertanya kepada mereka, mengapa merokok? Jawaban mereka sebagian besar sama "stress". Lalu saya mendalami lagi, stress karena apa? disini jawaban mereka beragam. Si A kemudian menjabarkan stress karena cowoknya, si B karena skripsinya yang tak kunjung selesai-selesai, Si C karena tugas kuliah yang numpuk, Si D karena masalah keluarganya, begitu banyak "karena" yang saya dapat untuk pertanyaan ini. Alasan mereka merokok yang negatif tidak saya dapatkan, mereka merokok stress mereka beralasan, mereka pun merokok tidak untuk pamer, bukan untuk unjuk ke sekitar kalau mereka sebagai bisa merokok, tidak. Paradigma yang saya bangun terhadap mereka justru paradigma positif, mereka masih punya rasa malu, mereka tidak meminum minuman beralkohol untuk menghilangkan stress, mereka tidak ke klub malam untuk menghilangkan stress mereka, walaupun ada sebagian dari mereka yang masih ke klub malam.

Kemarin, saya dan teman menghabiskan waktu weekend di sekitaran jalan penghibur Makassar, sorenya hunting foto, kemudian malamnya kami menghabiskan waktu di salah satu tempat makan yang bisa dibilang lumayan ramai dikunjungi di kota Makassar ini, baik tua maupun muda. Sore sebelum magrib, pengunjung tidak seberapa banyak, yang ada hanya beberapa orang pengunjung yang sebagian besar bersama anak-anak mereka. Kemudian menjelang magrib, pengunjung yang datang lebih banyak lagi, crowd sudah mulai terbangun, ditambah lagi dengan kehadiran live music. Pengunjung yang bersama keluarga dan anak-anak mereka pun meninggalkan tempat itu, berganti dengan pengunjung lain yang datang bersama teman-teman mereka. Hal yang menjadi ide saya untuk menulis wanita dan rokok itu bermula disini.

Disekitaran saya melihat banyak wanita, ada yang masih belia, dewasa, ibu-ibu pun banyak. Kemudian mata saya tertuju ke sekumpulan ibu-ibu yang posisi mejanya tidak jauh dari meja saya, ada yang berjilbab, ada pula yang tidak, mungkin mereka sedang arisan pikirku. Lalu selang beberapa saat, kembali saya melihat ke arah mereka, ada asap rokok dari arah sana, ada salah seorang ibu-ibu yang merokok, tidak hanya sebatang dua batang merokoknya. Sesaat kemudian meja didepan saya pun ada yang mengisinya, dua cowok dan dua cewek, mereka semua pun merokok. Di ujung kejauhan, disana pun ada wanita dan rokok. Ironis sekali pemandangan tersebut, mereka wanita, bukan berarti saya membela kaum pria untuk merokok. Kembali ke terbangunnya paradigma, negatif atau positif, itu tergantung kacamata setiap orang. Negatif tentu saja menjadi paradigma yang unggul di situasi ini. Mereka wanita, merokok, konotasi sebagian besar orang tentunya akan sangat memandang rendah si wanita perokok ini. Namun kembali lagi ke beberapa alasan teman-teman saya di atas mengapa mereka merokok, mungkin saja salah satu mereka merokok sama, bedanya teman-teman saya itu masih punya rasa malu untuk tidak tampil di depan umum dengan kebiasaan mereka yang bisa menimbulkan pandangan negatif terhadap mereka.

Ada beberapa pertanyaan yang muncul seketika melihat keadaan tersebut, yang paling mendaasar ke ibu-ibu yang tadi saya sebut mungkin sedang arisan. Apakah ini contoh yang baik ke anak-anak mereka, bukan tidak mungkin ibu itu tidak mempunyai seorang anak perempuan. bukan berarti saya menjudge ibu-ibu tadi tidak mampu memberi contoh yang baik ke anak-anaknya. Alangkah baiknya, bila di tempat umum seperti itu tidak melakukan aktifitas yang bisa memabangun paradigma negatif. Namun kembali lagi ke cara pandang masing-masing individu, yang memandang merokok itu tidak ada manfaatnya tentu tidak akan merokok.

Mendadak Photographer

Tahu instagram? Tidak tahu? Anda otomatis kudet alias kurang update. Ios, Android, Windows Phone sampai ke Blackberry pun aplikasi photo sharing ini ada. Aplikasi ini awalnya memang ekslusifitasnya hanya dipegang oleh IoS user, namun ketika booming Android melanda, mau tidak mau pengembang aplikasi inipun menyambangi Android. Tak hanya sampai di Android, di Windows Phone pun saat ini aplikasi Instagram ini bisa berjalan, kemudian merambah ke Blackberry. Disini saya tidak akan membahas instagramnya tapi user instagramnya.

Intro
Sebelum saya mengenal instagram dan mengunakannya menjadi media utama untuk photo sharing saya, terlebih dahulu saya telah berkenalan dengan Flickr besutan Yahoo! dan dengan dua aplikasi android yang bisa dibilang cukup tenar. 
  • Pertama, Flickr, Siapa yang tidak kenal dengan photo sharing besutan Yahoo! ini, flickr sudah sangat terkenal dikalangan photographer pro di seluruh dunia. Photo sharing ini saya gunakan sudah cukup lama sejak Juli 2010 dimana saat itu saya senang dengan kamera handphone ( yang saat itu masih Nokia ) saya untuk mengabadikan gambar. Sampai saat ini saya masih menggunakan Flickr, tapi tidak seaktif di instagram. 
  • Kedua, Picplz, aplikasi photo sharing ini tidak jauh beda dengan aplikasi photo sharing yang lain, filternya lumayan mumpuni ( saya lupa filter yang disediakan aplikasi ini ), saat itu aplikasi ini lumayan cukup terkenal di kalangan pengguna android. Saat ini aplikasi ini sudah tidak ada lagi di playstore android karena telah di shut down pada tanggal 3 Juli 2012. 
  • Yang ketiga, Streamzoo, untuk urusan filter aplikasi ini sangatlah jauh dari instagram, aplikasi ini menyuguhkan kira-kira 20 filter, yang menarik dari aplikasi ini dan tidak dimiliki oleh instagram, user bebas mengunggah poto mereka tidak harus dalam ukuran 1x1 atau square. Mengapa menggunakan instagram, bukan tetap pada streamzoo? User streamzoo kurang, apalagi area Makassar, teman yang menggunakannya pun bisa saya hitung dengan jari. Saat instagram menyambangi android, saya pun terlena seperti user android yang lain. Saat saya menulis artikel ini, streamzo di playstore sudah tidak saya temukan lagi.
Sepertinya intronya sudah sangat panjang, mari lanjut ke intinya.

Photographer dadakan, mengapa saya menyebut demikian?
Begitu instagram masuk ke android, berbondong-bondonglah user android mendownload dan mengunggah photo mereka. Peduli setan, mau poto itu bagus, mau poto itu jelek, yang penting upload. Nah, saat user-user ini menemukan beberapa photo yang sangat jauh dari hasil jepretan mereka, disini pulalah muncul rasa malu untuk mengunggah photo yang biasa-biasa saja. Dan saat mereka menemukan "kelompok-kelompok" atau "geng" bahkan komunitas, disinilah mereka akan mulai malu untuk mengunggah photo yang jauh dari layak, mereka akan mulai mensortir photo-photo mana saja yang akan mereka upload.

Coba lihat feed mereka yang baru menggunakan instagram, bandingkan dengan saat mereka sudah mengenal komunitas atau geng dalam instagram ini. Feed awal mereka tentu diwarnai dengan photo yang bisa dibilang asal upload, saat sudah mengenal kelompok-kelompok instagram photo feed mereka pun berubah drastis. Mereka disini bukan photographer pro, mereka yang saya maksud disini user-user yang sebelum mengenal instagram tidak "mengenal" dunia photography. Ada yang senang dengan HDR, ada yang senang dengan macro photography, ada yang senang dengan hitam putih, dan bermacam-macam lainnya. Disini saya melihat banyak yang kemudian mejadi "sok tahu", maaf saya menyebut demikian, mengapa? lihat saja komentar-komentar yang terpampang di komentar photo mereka, diantaranya "wow cadas, wow keren, top dan segala macam" yang sebenanrnya poto yang mereka komentari ini biasa-biasa saja, bahkan bisa dibilang sangat tidak layak untuk dikomentari demikian.

Fenomena yang lain lagi, ada ketidakpuasan saat mengambil poto hanya bermodalkan handphone, berbondong-bondonglah menggunakan user-user ini menggunakan kamera DSLR. Namun, saya tekankan sekali lagi, tidak semua user instagram seperti ini. Lalu kemudian berbondong-bondong menjadi photographer dadakan, yang memang dari awal sebelum mengenal instagram bisa bisa dibilang wajarlah ketika mereka melanjutkan hobby mereka, namun yang saya sebut sebagai photographer dadakan disini mereka yang sebenarnya tidak senang dengan dunia photography menjadi merasa terpaksa untuk mencintai photography. Demi menunjukkan ke eksistensisnya di "group atau bisa dibilang komunitas ini" mereka rela menyisihkan waktunya untuk ikut photowalk, jepret sana jepret sini.

Sisi positif dari sini yang kemudian saya tangkap, user-user ini kemudian paham bagaimana teknik, lebih menggali diri mereka di bidang ini, lebih ingin tahu lagi dengan dunia ini, yang pada akhirnya menghasilkan photo yang memang bisa dianggap layak untuk dipublisikan.
Teruslah berkarya, meskipun di cap sebagai photographer dadakan, mungkin suatu saat saya, kami, kamu bisa menjadi photographer dalam arti sebenarnya.
 

afri Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger