WANITA DAN ROKOK

Melihat pria merokok itu sudah biasa, bapak saya perokok berat, abang saya pun demikian. Sebelum memasuki bangku kuliah, saya tidak pernah melihat seorang wanita merokok, mungkin karena masa sekolah saya tidak di kota yang semua serba bisa dilakukan, mau itu sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan. Saat menginjakkan kaki ke bangku kuliah, dan memulai hidup sendiri di kota Makassar ini hal yang demikian tabu dimata saya kemudian menjadi biasa saja. Betapa tidak, di tempat saya ngekost ada beberapa kamar yang isinya wanita perokok, tentu mereka saat itu masih berstatus sebagai mahasiswa laiknya saya. Mereka ini tentunya tidak merokok di teras kamar mereka atau di beranda kosan, yang mereka lakukan masih dalam tahap sembunyi-sembunyi.

Lalu kemudian apakah paradigma saya ke mereka ini menjadi negatif, tidak semudah itu membuat paradigma terhadap orang lain. Pernah saya bertanya kepada mereka, mengapa merokok? Jawaban mereka sebagian besar sama "stress". Lalu saya mendalami lagi, stress karena apa? disini jawaban mereka beragam. Si A kemudian menjabarkan stress karena cowoknya, si B karena skripsinya yang tak kunjung selesai-selesai, Si C karena tugas kuliah yang numpuk, Si D karena masalah keluarganya, begitu banyak "karena" yang saya dapat untuk pertanyaan ini. Alasan mereka merokok yang negatif tidak saya dapatkan, mereka merokok stress mereka beralasan, mereka pun merokok tidak untuk pamer, bukan untuk unjuk ke sekitar kalau mereka sebagai bisa merokok, tidak. Paradigma yang saya bangun terhadap mereka justru paradigma positif, mereka masih punya rasa malu, mereka tidak meminum minuman beralkohol untuk menghilangkan stress, mereka tidak ke klub malam untuk menghilangkan stress mereka, walaupun ada sebagian dari mereka yang masih ke klub malam.

Kemarin, saya dan teman menghabiskan waktu weekend di sekitaran jalan penghibur Makassar, sorenya hunting foto, kemudian malamnya kami menghabiskan waktu di salah satu tempat makan yang bisa dibilang lumayan ramai dikunjungi di kota Makassar ini, baik tua maupun muda. Sore sebelum magrib, pengunjung tidak seberapa banyak, yang ada hanya beberapa orang pengunjung yang sebagian besar bersama anak-anak mereka. Kemudian menjelang magrib, pengunjung yang datang lebih banyak lagi, crowd sudah mulai terbangun, ditambah lagi dengan kehadiran live music. Pengunjung yang bersama keluarga dan anak-anak mereka pun meninggalkan tempat itu, berganti dengan pengunjung lain yang datang bersama teman-teman mereka. Hal yang menjadi ide saya untuk menulis wanita dan rokok itu bermula disini.

Disekitaran saya melihat banyak wanita, ada yang masih belia, dewasa, ibu-ibu pun banyak. Kemudian mata saya tertuju ke sekumpulan ibu-ibu yang posisi mejanya tidak jauh dari meja saya, ada yang berjilbab, ada pula yang tidak, mungkin mereka sedang arisan pikirku. Lalu selang beberapa saat, kembali saya melihat ke arah mereka, ada asap rokok dari arah sana, ada salah seorang ibu-ibu yang merokok, tidak hanya sebatang dua batang merokoknya. Sesaat kemudian meja didepan saya pun ada yang mengisinya, dua cowok dan dua cewek, mereka semua pun merokok. Di ujung kejauhan, disana pun ada wanita dan rokok. Ironis sekali pemandangan tersebut, mereka wanita, bukan berarti saya membela kaum pria untuk merokok. Kembali ke terbangunnya paradigma, negatif atau positif, itu tergantung kacamata setiap orang. Negatif tentu saja menjadi paradigma yang unggul di situasi ini. Mereka wanita, merokok, konotasi sebagian besar orang tentunya akan sangat memandang rendah si wanita perokok ini. Namun kembali lagi ke beberapa alasan teman-teman saya di atas mengapa mereka merokok, mungkin saja salah satu mereka merokok sama, bedanya teman-teman saya itu masih punya rasa malu untuk tidak tampil di depan umum dengan kebiasaan mereka yang bisa menimbulkan pandangan negatif terhadap mereka.

Ada beberapa pertanyaan yang muncul seketika melihat keadaan tersebut, yang paling mendaasar ke ibu-ibu yang tadi saya sebut mungkin sedang arisan. Apakah ini contoh yang baik ke anak-anak mereka, bukan tidak mungkin ibu itu tidak mempunyai seorang anak perempuan. bukan berarti saya menjudge ibu-ibu tadi tidak mampu memberi contoh yang baik ke anak-anaknya. Alangkah baiknya, bila di tempat umum seperti itu tidak melakukan aktifitas yang bisa memabangun paradigma negatif. Namun kembali lagi ke cara pandang masing-masing individu, yang memandang merokok itu tidak ada manfaatnya tentu tidak akan merokok.

0 komentar:

Posting Komentar

 

afri Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger